Sabtu, 9 Oktober 2010

PERLUKAH KITA MERENDAH DIRI





Ku tenung penuh kesuraman wajahku
tatkala aku sediakan warkah harianku untuk mengisi minda yang kian serabut
aku teringatkan satu pesanan dari Ahli Ullul Saufi Kitabul
(Iliyya Abu Madhi)
Penyakit paling mematikan jiwa adalah perasaan rendah diri.
Tiada keyakinan boleh menghilangkan kepercayaan orang lain terhadap diri mu
Walaupun berani melakukan pekerjaan, tetapi tiada keyakinan merosakkan sebuah anugerah
yang amat berharga.
lebih bermakna jika berkeyakinan dan kemampuan dapat memikul tanggungjawab
disertai dengan usaha yang gigih untuk memperbaiki diri..

"Dia berkata:"
Langit sedih dan terlihat murung"
Aku berkata:
"Tersenyumlah!
Biarkan kemurungan itu berada dilangit!"
Dia berkata:
"Kesamaran telah merasuk!"
Aku berkata:
"Tersenyumlah!
Dukacita tidak akan pernah kembali,
sebab ia telah mati."
Dia berkata:
" Langit di angkasa telah menyatu
dengan cinta yang berkobar dalam dadaku
dan telah menjadi Neraka Jahanam.
Dia khianati janji setelah merenggut hatiku
Lantas bagaimana aku sanggup tersenyum
Aku berkata:
"Tersenyumlah dan bersenanglah
Kalau engkau tetap bersama kesedihan
Akan aku habiskan seluruh umurku dalam kepedihan
Dia berkata:
" Perniagaan mendekati kerugian
seperti seorang musafir
yang hampir mati kehausan
atau seperti singa yang kehausan darah
Dia meludah darah setiap kali menjulurkan lidahnya
aku berkata:
"tersenyumlah!..
Engkau bukanlah penyebab kesembuhannya
Kecuali bila kau mahu tersenyum
Apakah ketika orang lain berbuat dosa
dan tidor dengan perasaan takut.
engkau merasakan bahawa engkaulah pendosa itu
Dia berkata:
"Musuh sedang berada di sekeliling ku
mereka berteriak menakuti ku
Bukanlah aku telah tertawan
dan apakah musuhku tidak melihatku
Aku berkata:
"tersenyumlah
cacian mereka tidak ditujukan untuk menuntut mu
Jika engkau tidak lebih mulia
dan agung daripada mereka
Dia berkata"
"Musim telah akan tanda-tandanya
Tergambar padaku di pakaian dan lukisan
sedang diriku mempunyai kewajipan terhadap kekasihnya"
Namun tidak ada satu dirham pun
dikedua telapak tanganku
Aku berkata:
"Tersenyumlah
Bukankah engkau masih hidup
Engkau bukanlah termasuk orang
yang tidak mempunyai kekasih
Dia berkata:
"malam-malam ku berlalu dalam kepahitan"
Aku berkata:
"Tersenyumlah!
jika engkau merasa pahit, semuga orang lain melihatmu
sedang bersenandung
Apakah dia akan melihat mu
Jika engkau bernyanyi dengan limpahan dirham
atau engkau merasa rugi jika engkau bernyanyi
dengan hati yang berseri-seri
Wahai sahabat,
janganlah sampai kesedihan
membuat mulutmu terdiam
dan raut mukamu menampilkan kesedihan
Senyum la"
Sungguh bintang-bintang pun tersenyum
dan kegelapan akan saling berbenturan.
Oleh kerana itu,
kita menyukai bintang-bintang."
Dia berkata:
Keceriaan tidaklah akan membuat keadaan
menjadi lebih baik
ia datang ke dunia ini
dan tetap akan pergi walau terpaksa"
Aku berkata:
"Tersenyumlah!
Selagi hayat dikandung badan
selama engkau masih hidup
sebab sudah terlalu lama engkau tidak tersenyum



**************************










2 ulasan:

kedai buku perintis berkata...

begitu bermakna setiap ungkapan.
penghayatan yang indah...

SEKALUNG BICARA berkata...

Salam sahabatku..

tertawa sewajarnya ubat kedukaan dan penglipurlara kesedihan.. kita selalu tersenyum memberikan kekuatan yang menakjubkan dan memberikan kita selalu gembira dan jauh dari segala permasaalahan.

Senyuman manis memberikan kita bahagia kawanku.. walaupun kita dalam kesedihan.........